OCD

on Kamis, 14 April 2016
Gangguan obsesif kompulsif atau yang lebih sering dikenal dengan singkatan OCD adalah kelainan psikologis yang menyebabkan seseorang memiliki pikiran obsesif dan perilaku yang bersifat kompulsif. Kelainan ini ditandai dengan pikiran dan ketakutan tidak masuk akal (obsesi) yang dapat menyebabkan perilaku repetitif (kompulsi). Misalnya, orang yang merasa harus memeriksa pintu dan jendela lebih dari tiga kali sebelum meninggalkan rumahnya.

Jumlah pasti penderita OCD sulit diketahui karena para penderita umumnya enggan ke dokter. Tetapi Anda tidak perlu malu dan menutupinya jika mengalami OCD. Gangguan ini merupakan penyakit jangka panjang seperti halnya tekanan darah tinggi dan diabetes.

Gejala OCD yang muncul pada tiap penderita berbeda-beda. Ada yang ringan di mana penderita menghabiskan sekitar satu jam bergelut dengan pikiran obsesif dan perilaku kompulsifnya, tapi ada juga yang parah mengalami gangguan ini hingga mengendalikan hidupnya
.

 

Penderita OCD juga umumnya terpuruk dalam pola pikiran dan perilaku tertentu. Ada empat tahap utama dalam kondisi OCD, yaitu obsesi, kecemasan, kompulsi, dan kemudian kelegaan sementara.

Obsesi muncul saat pikiran penderita terus dikuasai oleh rasa ketakutan atau kecemasan. Kemudian obsesi dan rasa kecemasan akan memancing aksi kompulsi di mana penderita akan melakukan sesuatu agar rasa cemas dan tertekan dikurangi. Perilaku kompulsif tersebut akan membuat penderita merasa lega untuk sementara, tapi obsesi serta kecemasan akan kembali dan membuat penderita mengulangi pola tersebut.

Sifat perfeksionis berbeda dengan gejala OCD. Menjaga kebersihan serta kerapian yang berlebihan bukan berarti Anda menderita OCD. Pikiran OCD bukan hanya sekadar rasa cemas yang ekstrem tentang masalah dalam kehidupan. Jika obsesi dan kompulsi sudah menghambat rutinitas, periksakan diri ke dokter atau psikolog.


Faktor Risiko Dalam OCD

Penyebab OCD belum berhasil diketahui secara pasti, tapi banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menganalisis adanya sejumlah faktor pemicu yang dapat meningkatkan risiko OCD. Di antaranya:

  • Faktor genetika. Ada bukti yang menunjukkan bahwa gangguan ini berhubungan dengan gen tertentu yang memengaruhi perkembangan otak.
  • Ketidaknormalan pada otak. Hasil penelitian pemetaan otak memperlihatkan adanya ketidaknormalan pada otak penderita OCD yang melibatkan serotonin yang tidak seimbang. Serotonin adalah zat penghantar yang digunakan otak untuk komunikasi di antara sel-selnya.


Langkah Pengobatan dan Komplikasi OCD

Tingkat pengobatan OCD bergantung kepada sejauh apa dampak OCD yang Anda alami dalam kehidupan Anda. Ada beberapa langkah dalam penanganan OCD, yaitu:

  • Terapi perilaku kognitif (CBT). Terapi ini dapat membantu Anda untuk mengurangi kecemasan dengan mengubah cara pikir dan perilaku Anda.
  • Penggunaan obat-obatan untuk mengendalikan gejala yang Anda alami.

Mencari bantuan medis adalah hal terpenting bagi penderita OCD karena mereka memiliki kemungkinan untuk sembuh atau setidaknya untuk menikmati hidup dengan mengurangi gejalanya.

Jika tidak ditangani, perasaan tertekan dapat bertambah parah dan membuat penderita makin sulit untuk menghadapi OCD sehingga mengalami depresi. Tingkat depresi yang parah bahkan dapat memicu dorongan untuk bunuh diri.



 

Gejala OCD (Obsessive Compulsive Disorder)

Dampak gangguan obsesif kompulsif (OCD) berbeda-beda pada tiap orang. Tetapi kelainan ini biasanya menyebabkan pola pikiran dan perilaku tertentu,yaitu obsesi, kompulsi, kelegaan sementara, dan kecemasan.
Tahap obsesi muncul saat pikiran Anda terus dikuasai ketakutan atau kecemasan, misalnya ketakutan berlebihan untuk tertular penyakit. Kemudian obsesi dan rasa tertekan akan memancing aksi kompulsi yang mendorong penderita untuk melakukan hal tertentu guna mengurangi rasa cemas dan tertekan seperti mencuci tangan sebanyak lima kali. Perilaku kompulsif tersebut akan membuat penderita merasa lega untuk sementara, tapi obsesi serta kecemasan akan kembali dan membuatnya mengulangi pola tersebut.

Semua orang pasti memiliki pikiran tidak menyenangkan atau negatif. Tetapi sebagian besar orang dapat melanjutkan hidup secara normal karena berhasil mengendalikan pikiran dan membendung kekhawatiran tersebut. Jika benak Anda terus dihantui dan sangat dikuasai pikiran negatif, maka terdapat kemungkinan bahwa Anda mengalami obsesi. Beberapa jenis obsesi yang umumnya menguasai penderita OCD adalah:

  • Takut terkontaminasi atau kotor, misalnya karena menyentuh objek yang sudah disentuh orang lain atau bersalaman.
  • Semua harus teratur dan simetris,misalnya menyusun pakaian berdasarkan gradasi warna.
  • Takut tidak sengaja melukai diri sendiri atau orang lain, misalnya berulang kali memeriksa setrika karena takut menyebabkan kebakaran.
  • Munculnya pikiran yang tidak diinginkan, termasuk tentang sikap agresif, seksualitas, keyakinan,serta agama. Misalnya mendadak ingin mengutarakan sumpah serapah tanpa alasan jelas atau tertekan karena sering membayangkan hal-hal seksual.

Penderita OCD juga umumnya melakukan tindakan repetitif tertentu. Tujuannya adalah untuk mengurangi atau mencegah kecemasan yang disebabkan oleh pikiran obsesif. Tetapi perilaku ini sering berlebihan atau tidak berhubungan secara rasional dengan hal yang ditakutkan. Contohnya:

  • Mencuci tangan berkali-kali sampai kulit menjadi kering dan lecet.
  • Berulang kali memeriksa pintu, kompor atau setrika.
  • Selalu bersih-bersih.
  • Sangat menyukai keteraturan dan selalu menghitung.
  • Tidak pernah membuang barang walau sudah tidak terpakai.
  • Terus-terus bertanya untuk memastikan sesuatu.
  • Mengulang kata-kata atau doa tanpa bersuara.

Penderita OCD umumnya pun menyadari bahwa tindakan kompulsif mereka tidak masuk akal, tetapi mereka tidak bisa menghentikannya sehingga dapat memberikan dampak negatif pada kehidupan penderitanya. Karena itu, sangat penting bagi penderita untuk mencari bantuan guna mengatasi kondisinya. Dengan diagnosis dan penanganan yang tepat, penderita OCD umumnya dapat mengatasi kondisi dan memperbaiki kualitas hidup mereka.



Penyebab OCD (Obsessive Compulsive Disorder)


Penyebab pasti dari gangguan ini belum berhasil ditemukan, tapi faktor keturunan dan pengaruh kehidupan yang berat diduga berperan besar sebagai pemicu OCD.

Jika memiliki orang tua atau saudara yang mengidap OCD, risiko Anda untuk menderita gangguan yang sama juga dipercaya akan meningkat lebih dari tiga kali lipat. Penelitian menunjukkan bahwa OCD mungkin muncul akibat gen keturunan tertentu yang memengaruhi perkembangan otak.

Kejadian signifikan atau menyedihkan dan yang menyebabkan trauma, seperti kehilangan anggota keluarga atau keretakan hubungan keluarga, dapat memicu OCD pada mereka yang lebih berisiko terkena OCD misalnya akibat keturunan. Walau tidak menyebabkan OCD, stres dapat memperparah gejala-gejala OCD pada penderitanya.

Di luar kedua faktor tersebut, ada beberapa hal lain yang juga diperkirakan dapat memicu OCD. Di antaranya:

  • Pengaruh pola asuh dan keluarga. Sikap orang tua yang terlalu cemas dan protektif dapat meningkatkan risiko seseorang menderita OCD.
  • Kelainan pada otak. Penelitian juga menunjukkan bahwa ada kekurangan senyawa serotonin pada otak penderita OCD. Serotonin adalah salah satu senyawa otak yang berperan mengatur beberapa fungsi tubuh yang meliputi suasana hati, kecemasan, ingatan, dan pola tidur.
  • Dampak dari infeksi. Menurut salah satu teori, antibodi dapat memicu reaksi tubuh terhadap bagian otak tertentu dan bisa memicu OCD. Gejala OCD yang muncul akibat terpicu infeksi biasanya mulai dalam waktu 7-14 hari.






Sumber: Alodokter.com

7 komentar:

Posting Komentar