Asma

on Minggu, 28 Februari 2016
Asma merupakan penyakit jangka panjang yang dapat menyebabkan penderitanya sulit bernapas, batuk-batuk, dan mengalami mengi ketika kambuh. Pada tiap orang, tingkat keparahan penyakit ini berbeda-beda, dan umumnya dapat dikendalikan dengan baik.
Asma terjadi ketika saluran napas atau bronkus mengalami radang. Bronkus yang berbentuk seperti tabung kecil ini berfungsi untuk membawa udara masuk dan keluar dari paru-paru. Bronkus penderita asma pada umumnya lebih sensitif dari orang-orang lain dan lebih gampang mengalami radang.





Gejala Asma
Gejala asma berkisar dari yang ringan sampai parah. Gejala asma yang memburuk secara signifikan dikenal sebagai serangan asma. Ada beberapa gejala asma, diantaranya:
  • Batuk-batuk yang biasanya terjadi di malam hari dan di awal pagi hari.
  • Sulit bernapas yang membuat penderitanya megap-megap.
  • Dada yang terasa sesak.
  • Mengi, yaitu suara yang dihasilkan ketika udara mengalir melalui saluran napas yang menyempit.
  • Serangan asma yang dipicu oleh paparan alergen atau aktivitas fisik.
Penderita bisa saja mengalami salah satu atau lebih dari gejala-gejala tersebut. Gejala yang memburuk di malam hari atau ketika seseorang melakukan aktivitas fisik bisa mengindikasikan bahwa asma yang dideritanya makin parah dan tidak terkontrol. Sebaiknya segera periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami hal ini.
Serangan asma parah biasanya terjadi secara perlahan-lahan, meski sebagian kecil penderitanya mengalami gejala yang memburuk dengan cepat. Umumnya akan membutuhkan waktu 6-24 jam bagi kondisi asma biasa untuk berkembang menjadi asma parah.
Selain sesak dada, sulit bernapas, dan mengi yang kian memburuk, tanda-tanda lain serangan asma parah adalah adanya penurunan arus puncak ekspirasi, sulit bicara (akibat sulit bernapas), gelisah, bibir dan kuku yang terlihat biru, denyut nadi meningkat, serta inhaler (obat hirup untuk asma) pereda yang tidak mempan lagi dalam mengatasi gejala.
Jangan abaikan jika Anda mengalami tanda-tanda tersebut. Sebaiknya segera periksakan diri Anda ke dokter.

Penyebab Asma
Penyebab pasti asma masih belum diketahui. Namun ada beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko terkena penyakit tersebut, diantaranya:
  • Mengidap penyakit bronkiolitis atau infeksi paru-paru saat masih kecil.
  • Memiliki riwayat keluarga berpenyakit asma atau alergi lainnya yang berkaitan (dikenal sebagai penyakit atopik) seperti alergi makanan, alergi terhadap serbuk sari
  • Terpapar asap rokok saat masih kecil, terutama jika ibu Anda merokok saat hamil.
  • Lahir dengan berat badan di bawah normal, yaitu kurang dari dua kilogram.
  • Kelahiran prematur, terutama jika membutuhkan ventilator.
  • Memiliki masalah kesehatan atopik lainnya seperti alergi makanan.
Faktor-faktor pemicu serangan asma
Ada beberapa pemicu gejala asma, namun pemicu-pemicu tersebut berbeda-beda bagi tiap penderita. Jika sudah mengetahui apa pemicu asma Anda, cobalah untuk menghindarinya. Berikut ini adalah sejumlah pemicu asma:
  • Alergen, seperti bulu hewan, tungau debu, dan serbuk sari.
  • Infeksi paru-paru dan saluran napas yang umumnya disebabkan oleh virus flu dan demam.
  • Obat-obatan seperti obat anti inflamasi non steroid (obat pereda sakit) seperti aspirin dan ibuprofen. Sebagai catatan, aspirin sebaiknya tidak diberikan kepada anak-anak di bawah usia 16 tahun.
  • Iritasi udara, seperti uap kimia, asap rokok, dan polusi udara.
  • Faktor cuaca, seperti cuaca dingin, cuaca berangin,  cuaca panas yang didukung kualitas udara yang buruk, cuaca lembab, dan perubahan suhu yang drastis.
  • Makanan atau minuman yang mengandung sulfit (zat alami yang kadang-kadang digunakan sebagai pengawet makanan) seperti selai, udang, makanan olahan, makanan setengah matang, minuman sari buah kemasan, dan beberapa wine tertentu yang hanya memicu orang-orang yang rentan.
  • Olahraga (kadang-kadang gejala asma menjadi lebih buruk saat penderitanya melakukan olah raga).
  • Kondisi dalam ruangan, seperti ruangan yang lembab atau berjamur, bahan lantai, bahan kimia karpet, dan tungau debu.
  • Faktor-faktor emosi seperti stres atau tertawa.
  • Alergi makanan tertentu yang disebut juga sebagai reaksi anafilaksis. Contohnya adalah penderita asma yang alergi terhadap kacang-kacangan. Reaksi anafilaksis dapat memicu serangan asma yang lebih buruk pada penderitanya.
Pengobatan asma
Mengendalikan asma dalam jangka panjang adalah tujuan utama dalam pengobatannya. Tiap penderita asma harus dapat menjalani kehidupan secara utuh tanpa dibatasi oleh penyakitnya tersebut. Bagi sebagian besar penderita, pengobatan yang tersedia terbukti efektif dan memungkinkan mereka terbebas dari gejala asma.
 
Mengatasi asma dengan inhaler
Biasanya obat-obatan asma diberikan melalui alat yang disebut inhaler (obat hirup untuk asma). Alat ini dapat mengirimkan obat ke dalam saluran pernapasan secara langsung dengan cara dihirup melalui mulut. Menggunakan obat asma dengan cara dihirup dinilai efektif karena obat tersebut langsung menuju paru-paru. Kendati begitu, tiap inhaler bekerja dengan cara yang berbeda. Biasanya dokter akan mengajari Anda cara menggunakan alat tersebut dan melakukan pemeriksaan setidaknya sekali dalam setahun.

Spacer sebagai pelengkap inhaler
Spacer merupakan wadah yang terbuat dari logam atau plastik, yang dilengkapi dengan corong hisap di salah satu ujungnya, dan lubang di ujung lainnya untuk dipasangkan inhaler. Saat inhaler ditekan, obat akan masuk ke dalam spacer dan dihirup melalui corong spacer itu sendiri. Spacer juga dapat mengurangi risiko sariwan di mulut atau tenggorokan, akibat efek samping dari obat-obatan asma yang dihirup.
Saat ditekan, beberapa inhaler memancarkan aerosol jet. Namun aerosol jet ini kinerjanya bisa lebih baik jika diberikan melalui spacer. Spacer mampu meningkatkan jumlah obat-obatan yang mencapai paru-paru dan mengurangi efek sampingnya. Beberapa orang bahkan merasa lebih mudah memakai spacer ketimbang inhaler saja. Pada kenyataannya karena dapat meningkatkan distribusi obat ke dalam paru-paru, penggunaan spacer sering disarankan, bahkan pada mereka telah berhasil menggunakan inhaler sekali pun.

Inhaler jenis pereda
Sesuai namanya, inhaler pereda digunakan untuk meringankan gejala asma dengan cepat saat serangan sedang berlangsung. Biasanya inhaler ini berisi obat-obatan yang disebut short-acting beta2-agonist atau beta2-agonist yang memiliki reaksi cepat. Obat ini mampu melemaskan otot-otot di sekitar saluran pernapasan yang menyempit. Dengan begitu, saluran pernapasan dapat terbuka lebih lebar dan membuat pengidap asma dapat bernapas kembali dengan lebih mudah. Umumnya inhaler pereda berwarna biru dan diberikan pada tiap pengidap asma.
Contoh obat-obatan pereda adalah terbutaline dan salbutamol. Obat-obatan ini memiliki efek samping yang sedikit dan umumnya aman digunakan jika tidak berlebihan. Namun obat-obatan tersebut biasanya jarang digunakan jika asma sudah terkendali dengan baik. Bagi pengidap asma yang harus menggunakan obat ini sebanyak lebih dari tiga kali dalam seminggu, penanganannya secara keseluruhan perlu ditinjau ulang.

Inhaler jenis pencegah
Selain dapat mencegah terjadinya serangan asma, inhaler pencegah juga dapat mengurangi jumlah peradangan dan “kejang-kejang” yang terjadi di dalam saluran napas. Biasanya Anda harus menggunakan inhaler pencegah tiap hari untuk sementara waktu sebelum merasakan manfaatnya secara utuh.
Anda juga mungkin akan membutuhkan inhaler pereda untuk meredakan gejala saat serangan asma terjadi. Namun jika Anda terus-menerus membutuhkan inhaler pereda tersebut, maka penanganan Anda harus ditinjau ulang secara keseluruhan.
Inhaler pencegah biasanya mengandung obat yang disebut kortikosteroid inhalasi. Merokok adalah hal yang harus dijauhi karena dapat menurunkan kinerja inhaler pencegah.
Contoh obat-obatan pencegah asma diantaranya adalah budesonide, beclometasone, mometasone, dan fluticasone. Biasanya inhaler pencegah berwarna oranye, merah, atau cokelat.
Umumnya pengobatan pencegah disarankan jika Anda:
  • Mengalami serangan asma lebih dari dua kali dalam seminggu.
  • Harus menggunakan inhaler pereda lebih dari dua kali dalam seminggu.
  • Terbangun pada malam hari sekali atau lebih dalam seminggu akibat serangan asma.
Kendati begitu, kadang-kadang kortikosteroid inhalasi dapat menyebabkan terjadinya oral thrush atau infeksi jamur pada dinding mulut. Karena itu tiap selesai menghirup obat ini, pasien disarankan untuk berkumur-kumur dengan air hingga bersih.

Obat-obatan pencegah lainnya
Dokter biasanya akan menyarankan Anda mencoba obat-obatan pencegah tambahan, jika asma masih belum berhasil dikontrol. Dua obat yang mungkin digunakan adalah:
  • Theophylline, yaitu tablet yang membantu melebarkan saluran napas dengan melemaskan otot-otot di sekelilingnya.
  • Leukotriene receptor antagonist (montelukast), yaitu tablet yang menghambat bagian dari reaksi kimia yang menyebabkan radang di dalam saluran pernapasan.
Tablet steroid mungkin akan diresepkan dokter jika asma Anda masih belum bisa dikendalikan. Pengobatan ini biasanya dipantau oleh dokter spesialis pernapasan. Namun penggunaan steroid oral secara jangka panjang dapat menyebabkan efek samping yang serius. Oleh karena itu cara pengobatan ini hanya dianjurkan jika si pasien telah melakukan cara pengobatan lainnya, namun belum berhasil.

Penanggulangan serangan asma
Melalui rencana penanganan asma, Anda akan dapat mengetahui gejala awal asma, cara menanggulanginya, dan mengetahui kapan harus memeriksakan diri ke dokter.
Biasanya serangan asma ditangani dengan pemberian obat-obatan pereda sebanyak satu atau beberapa dosis. Jika gejala serangan asma memburuk, Anda mungkin membutuhkan penanganan di rumah sakit. Di rumah sakit, Anda akan diberikan oksigen dan obat pereda asma yang dikombinasikan dengan obat-obatan pencegah agar asma Anda bisa terkendali kembali.
Setelah terjadi serangan asma, rencana penanganan Anda harus ditinjau ulang bersama dokter. Tujuannya adalah agar Anda maupun dokter dapat mengetahui penyebab serangan asma Anda tersebut, serta tidak terulang di masa mendatang.

Terapi-terapi pelengkap untuk mengobati asma
Beberapa terapi pelengkap yang disarankan untuk mengobati asma, antara lain:
  • Akupunktur
  • Obat tradisional China
  • Latihan pernapasan
  • Homeopati
  • Suplemen makanan
  • Teknik Alexander, yaitu program latihan yang dirancang untuk mengubah cara Anda menggerakkan tubuh
  • Ionizer, yaitu sebuah alat yang dapat membersihkan molekul udara dengan menggunakan arus listrik
Kecil kemungkinan dari bentuk penanganan di atas dapat memberikan hasil yang efektif, kecuali latihan pernapasan. Ada bukti yang cukup kuat bahwa latihan pernapasan, seperti yoga, metode Buteyko (teknik mengenai pernapasan dangkal), dan teknik pernapasan yang diajarkan fisioterapis, dapat mengurangi gejala asma serta kebutuhan obat-obatan pereda pada sebagian orang.

                                        Untuk lebih lengkapnya bisa lihat video diatas ya teman :)
                                                              Sumber: alodokter.com

5 komentar:

Posting Komentar