Asma terjadi ketika saluran napas atau bronkus
mengalami radang. Bronkus yang berbentuk seperti tabung kecil ini berfungsi
untuk membawa udara masuk dan keluar dari paru-paru. Bronkus penderita asma pada
umumnya lebih sensitif dari orang-orang lain dan lebih gampang mengalami
radang.
Gejala Asma
Gejala asma berkisar dari yang ringan sampai parah.
Gejala asma yang memburuk secara signifikan dikenal sebagai serangan asma. Ada
beberapa gejala asma, diantaranya:
- Batuk-batuk yang biasanya terjadi di malam hari dan di awal pagi hari.
- Sulit bernapas yang membuat penderitanya megap-megap.
- Dada yang terasa sesak.
- Mengi, yaitu suara yang dihasilkan ketika udara mengalir melalui saluran napas yang menyempit.
- Serangan asma yang dipicu oleh paparan alergen atau aktivitas fisik.
Penderita bisa saja mengalami salah satu atau lebih
dari gejala-gejala tersebut. Gejala yang memburuk di malam hari atau ketika
seseorang melakukan aktivitas fisik bisa mengindikasikan bahwa asma yang
dideritanya makin parah dan tidak terkontrol. Sebaiknya segera periksakan diri
ke dokter jika Anda mengalami hal ini.
Serangan asma parah biasanya terjadi secara
perlahan-lahan, meski sebagian kecil penderitanya mengalami gejala yang
memburuk dengan cepat. Umumnya akan membutuhkan waktu 6-24 jam bagi kondisi
asma biasa untuk berkembang menjadi asma parah.
Selain sesak dada, sulit bernapas, dan mengi yang kian
memburuk, tanda-tanda lain serangan asma parah adalah adanya penurunan arus
puncak ekspirasi, sulit bicara (akibat sulit bernapas), gelisah, bibir dan kuku
yang terlihat biru, denyut nadi meningkat, serta inhaler (obat hirup
untuk asma) pereda yang tidak mempan lagi dalam mengatasi gejala.
Jangan abaikan jika Anda mengalami tanda-tanda
tersebut. Sebaiknya segera periksakan diri Anda ke dokter.
Penyebab Asma
Penyebab pasti asma masih belum diketahui. Namun ada
beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko terkena penyakit tersebut,
diantaranya:
- Mengidap penyakit bronkiolitis atau infeksi paru-paru saat masih kecil.
- Memiliki riwayat keluarga berpenyakit asma atau alergi lainnya yang berkaitan (dikenal sebagai penyakit atopik) seperti alergi makanan, alergi terhadap serbuk sari
- Terpapar asap rokok saat masih kecil, terutama jika ibu Anda merokok saat hamil.
- Lahir dengan berat badan di bawah normal, yaitu kurang dari dua kilogram.
- Kelahiran prematur, terutama jika membutuhkan ventilator.
- Memiliki masalah kesehatan atopik lainnya seperti alergi makanan.
Faktor-faktor
pemicu serangan asma
Ada beberapa pemicu gejala asma, namun pemicu-pemicu
tersebut berbeda-beda bagi tiap penderita. Jika sudah mengetahui apa pemicu
asma Anda, cobalah untuk menghindarinya. Berikut ini adalah sejumlah pemicu
asma:
- Alergen, seperti bulu hewan, tungau debu, dan serbuk sari.
- Infeksi paru-paru dan saluran napas yang umumnya disebabkan oleh virus flu dan demam.
- Obat-obatan seperti obat anti inflamasi non steroid (obat pereda sakit) seperti aspirin dan ibuprofen. Sebagai catatan, aspirin sebaiknya tidak diberikan kepada anak-anak di bawah usia 16 tahun.
- Iritasi udara, seperti uap kimia, asap rokok, dan polusi udara.
- Faktor cuaca, seperti cuaca dingin, cuaca berangin, cuaca panas yang didukung kualitas udara yang buruk, cuaca lembab, dan perubahan suhu yang drastis.
- Makanan atau minuman yang mengandung sulfit (zat alami yang kadang-kadang digunakan sebagai pengawet makanan) seperti selai, udang, makanan olahan, makanan setengah matang, minuman sari buah kemasan, dan beberapa wine tertentu yang hanya memicu orang-orang yang rentan.
- Olahraga (kadang-kadang gejala asma menjadi lebih buruk saat penderitanya melakukan olah raga).
- Kondisi dalam ruangan, seperti ruangan yang lembab atau berjamur, bahan lantai, bahan kimia karpet, dan tungau debu.
- Faktor-faktor emosi seperti stres atau tertawa.
- Alergi makanan tertentu yang disebut juga sebagai reaksi anafilaksis. Contohnya adalah penderita asma yang alergi terhadap kacang-kacangan. Reaksi anafilaksis dapat memicu serangan asma yang lebih buruk pada penderitanya.
Pengobatan asma
Mengendalikan asma dalam jangka panjang adalah tujuan
utama dalam pengobatannya. Tiap penderita asma harus dapat menjalani kehidupan
secara utuh tanpa dibatasi oleh penyakitnya tersebut. Bagi sebagian besar
penderita, pengobatan yang tersedia terbukti efektif dan memungkinkan mereka
terbebas dari gejala asma.
Mengatasi
asma dengan inhaler
Biasanya obat-obatan asma diberikan melalui alat yang
disebut inhaler (obat hirup untuk asma). Alat ini dapat mengirimkan obat
ke dalam saluran pernapasan secara langsung dengan cara dihirup melalui mulut.
Menggunakan obat asma dengan cara dihirup dinilai efektif karena obat tersebut
langsung menuju paru-paru. Kendati begitu, tiap inhaler bekerja dengan
cara yang berbeda. Biasanya dokter akan mengajari Anda cara menggunakan alat
tersebut dan melakukan pemeriksaan setidaknya sekali dalam setahun.
Spacer sebagai
pelengkap inhaler
Spacer merupakan
wadah yang terbuat dari logam atau plastik, yang dilengkapi dengan corong hisap
di salah satu ujungnya, dan lubang di ujung lainnya untuk dipasangkan inhaler.
Saat inhaler ditekan, obat akan masuk ke dalam spacer dan dihirup
melalui corong spacer itu sendiri. Spacer juga dapat mengurangi
risiko sariwan di mulut atau tenggorokan, akibat efek samping dari obat-obatan
asma yang dihirup.
Saat ditekan, beberapa inhaler memancarkan aerosol
jet. Namun aerosol jet ini kinerjanya bisa lebih baik jika diberikan
melalui spacer. Spacer mampu meningkatkan jumlah obat-obatan yang
mencapai paru-paru dan mengurangi efek sampingnya. Beberapa orang bahkan merasa
lebih mudah memakai spacer ketimbang inhaler saja. Pada
kenyataannya karena dapat meningkatkan distribusi obat ke dalam paru-paru,
penggunaan spacer sering disarankan, bahkan pada mereka telah berhasil
menggunakan inhaler sekali pun.
Inhaler jenis
pereda
Sesuai namanya, inhaler pereda digunakan untuk
meringankan gejala asma dengan cepat saat serangan sedang berlangsung. Biasanya
inhaler ini berisi obat-obatan yang disebut short-acting beta2-agonist
atau beta2-agonist yang memiliki reaksi cepat. Obat ini mampu melemaskan
otot-otot di sekitar saluran pernapasan yang menyempit. Dengan begitu, saluran
pernapasan dapat terbuka lebih lebar dan membuat pengidap asma dapat bernapas
kembali dengan lebih mudah. Umumnya inhaler pereda berwarna biru dan
diberikan pada tiap pengidap asma.
Contoh obat-obatan pereda adalah terbutaline dan salbutamol. Obat-obatan ini memiliki efek
samping yang sedikit dan umumnya aman digunakan jika tidak berlebihan. Namun
obat-obatan tersebut biasanya jarang digunakan jika asma sudah terkendali
dengan baik. Bagi pengidap asma yang harus menggunakan obat ini sebanyak lebih
dari tiga kali dalam seminggu, penanganannya secara keseluruhan perlu ditinjau
ulang.
Inhaler jenis
pencegah
Selain dapat mencegah terjadinya serangan asma, inhaler
pencegah juga dapat mengurangi jumlah peradangan dan “kejang-kejang” yang
terjadi di dalam saluran napas. Biasanya Anda harus menggunakan inhaler
pencegah tiap hari untuk sementara waktu sebelum merasakan manfaatnya secara
utuh.
Anda juga mungkin akan membutuhkan inhaler pereda
untuk meredakan gejala saat serangan asma terjadi. Namun jika Anda
terus-menerus membutuhkan inhaler pereda tersebut, maka penanganan Anda
harus ditinjau ulang secara keseluruhan.
Inhaler pencegah
biasanya mengandung obat yang disebut kortikosteroid inhalasi. Merokok adalah
hal yang harus dijauhi karena dapat menurunkan kinerja inhaler pencegah.
Contoh obat-obatan pencegah asma diantaranya
adalah budesonide, beclometasone, mometasone, dan fluticasone. Biasanya inhaler
pencegah berwarna oranye, merah, atau cokelat.
Umumnya pengobatan pencegah disarankan jika Anda:
- Mengalami serangan asma lebih dari dua kali dalam seminggu.
- Harus menggunakan inhaler pereda lebih dari dua kali dalam seminggu.
- Terbangun pada malam hari sekali atau lebih dalam seminggu akibat serangan asma.
Kendati begitu, kadang-kadang kortikosteroid inhalasi
dapat menyebabkan terjadinya oral thrush atau infeksi jamur pada dinding
mulut. Karena itu tiap selesai menghirup obat ini, pasien disarankan untuk
berkumur-kumur dengan air hingga bersih.
Obat-obatan
pencegah lainnya
Dokter biasanya akan menyarankan Anda mencoba
obat-obatan pencegah tambahan, jika asma masih belum berhasil dikontrol. Dua
obat yang mungkin digunakan adalah:
- Theophylline, yaitu tablet yang membantu melebarkan saluran napas dengan melemaskan otot-otot di sekelilingnya.
- Leukotriene receptor antagonist (montelukast), yaitu tablet yang menghambat bagian dari reaksi kimia yang menyebabkan radang di dalam saluran pernapasan.
Tablet steroid mungkin akan diresepkan dokter jika
asma Anda masih belum bisa dikendalikan. Pengobatan ini biasanya dipantau oleh
dokter spesialis pernapasan. Namun penggunaan steroid oral secara jangka
panjang dapat menyebabkan efek samping yang serius. Oleh karena itu cara
pengobatan ini hanya dianjurkan jika si pasien telah melakukan cara pengobatan
lainnya, namun belum berhasil.
Penanggulangan
serangan asma
Melalui rencana penanganan asma, Anda akan dapat
mengetahui gejala awal asma, cara menanggulanginya, dan mengetahui kapan harus
memeriksakan diri ke dokter.
Biasanya serangan asma ditangani dengan pemberian
obat-obatan pereda sebanyak satu atau beberapa dosis. Jika gejala serangan asma
memburuk, Anda mungkin membutuhkan penanganan di rumah sakit. Di rumah sakit,
Anda akan diberikan oksigen dan obat pereda asma yang dikombinasikan dengan
obat-obatan pencegah agar asma Anda bisa terkendali kembali.
Setelah terjadi serangan asma, rencana penanganan Anda
harus ditinjau ulang bersama dokter. Tujuannya adalah agar Anda maupun dokter
dapat mengetahui penyebab serangan asma Anda tersebut, serta tidak terulang di
masa mendatang.
Terapi-terapi pelengkap
untuk mengobati asma
Beberapa terapi pelengkap yang disarankan untuk
mengobati asma, antara lain:
- Akupunktur
- Obat tradisional China
- Latihan pernapasan
- Homeopati
- Suplemen makanan
- Teknik Alexander, yaitu program latihan yang dirancang untuk mengubah cara Anda menggerakkan tubuh
- Ionizer, yaitu sebuah alat yang dapat membersihkan molekul udara dengan menggunakan arus listrik
Kecil kemungkinan dari bentuk penanganan di atas dapat
memberikan hasil yang efektif, kecuali latihan pernapasan. Ada bukti yang cukup
kuat bahwa latihan pernapasan, seperti yoga, metode Buteyko (teknik mengenai
pernapasan dangkal), dan teknik pernapasan yang diajarkan fisioterapis, dapat
mengurangi gejala asma serta kebutuhan obat-obatan pereda pada sebagian orang.
Untuk lebih lengkapnya bisa lihat video diatas ya teman :)
Sumber:
alodokter.com